Sunday, August 03, 2008

Satu Pulau - Dua Negara



Selang satu minggu setelah kunjungan saya ke Kalimantan Selatan, saya berkesempatan mengunjungi wilayah paling uatara dari Pulau Kalimantan alias Borneo, tepatnya saya mengunjungi negeri Sabah, Malaysia yang beribukota di Kota Kinabalu.

Seperti kunjungan saya yang lampau ke Sarawak, kunjungan ke Sabah juga memperlihatkan kepada saya bagaimana dua wilayah yang secara geografis terletak pada pulau yang sama tetapi secara penataan kota, kemakmuran warga, kedisplinan, kebersihan, dan aspek lainnya jauh berbeda.

Sabah dengan luas wilayah 73.620 km persegi dan jumlah penduduk kurang lebih 4 juta jiwa (setara dengan jumlah penduduk kota Bandung) adalah negeri yang memiliki tata ruang yang apik-solid, bersih, warga yang sejahtera keadaannya jauh berbeda dengan provinsi-provinsi yang ada di kalimantan, termasuk Kalimantan Timur sekalipun.

Kunjungan wisatawan asing (mereka sebut pelancong) jauh lebih ramai daripada di wilayah Kalimantan-Indonesia. Ini bukan karena potensi wisata di Sabah lebih menarik daripada di Indonesia, memang ada gunung Kinabalu, tapi panorama Tangkuban Parahu pun boleh dikatakan lebih mempesona.

Hutan ?!! ini dia !! hutan di sana memang lebih terjaga, lebih lestari. Sejak tahun 80-an pemerintah Kerajaan Malaysia melarang penebangan kayu di Borneo, meskipun memang mereka para cukong kayu Malaysia akhirnya malah memotong kayu di wilayah Kalimantan-Indonesia. Tapi inti persoalannya adalah penegakkan hukum.

Yang paling membuat saya iri adalah saat saya mengunjungi UMS (Universitas Malaysia Sabah), meskipun baru berdiri tahun 1994, sarana, fasilitas yang dimilikinya jauh lebih lengkap daripada Unpad yang telah berdiri sejak tahun 1950 (seperti tertera pada sablonan kaos cendera mata Unpad di Kopma).

Universitas-universitas negeri di Malaysia tidak seperti universitas2 negeri di Indonesia, karena semua universitas negeri di sana memiliki manajemen terpusat, dengan demikian tak heran apabila para dosen di universitas negeri Malaysia dapat mengalami masa transfer dari satu univ ke univ lainnya, seperti pemain sepakbola profesional. Soal uang kuliah, di UMS lebih murah daripada di Indonesia.

Nah, suatu saat saya ingin kembali mengunjungi negeri ini lebih lanjut.