Wednesday, January 28, 2009

Farewell


Sambil berkelakar saya katakan kepada BU (Budi Utomo), "Mas Budi ini mengawali karier Unpad di Miyazaki dan mengakhirinya di Miyazaki". Rupanya Mas BU yang melankolis ini agak keberatan dengan "celetukan" saya itu, kata dia, "Yaaa.... jangan disebutkan berakhir doong paakkk". Maksud Den Mas BU tentu adalah agar pertemanan ini jangan berhenti hanya karena kami tidak lagi bekerja di di tempat yang sama.

Kami telah mengarungi perjalanan yang cukup panjang, dimana di dalamnya suka-duka, onak-duri, tawa, canda, haru, iri, curiga, marah, rindu, kecewa, bangga, semangat bercampur aduk menghiasi mozaik pertemanan kami. Masing-masing kami pernah punya episode khusus dalam serial film persahabatan kami, walau memang untuk kisah mellow mas BU sering menjadi pemeran utamanya. Kadang-kadang Om Dadan, hari lain kisah nakalnya Om Piet, begitulah cerita berganti hari demi hari.

Seperti klub sepakbola, "turn over" "pemain" pun terjadi dalam "band" kami ini, ada yang datang ada pula yang pergi. Seperti pemain sepakbola profesional, kadang-kadang kepergian salah seorang dibumbui kisah sedih, namun kedatangan yang lainnya menghapus lara itu.

Mulanya kami terbata, tertatih menghadapi "kejutan-kejutan" yang terjadi diantara kami, tapi akhirnya kita harus belajar bahwa semuanya memang sudah harus begitu adanya, ada yang datang dan ada yang pergi. Rasa sakit, kecewa, marah, gembira, suka hanyalah konstruksi pikiran kami, bila kami mengkonstruksi bahwa kehilangan itu adalah rasa kecewa, marah, maka jadilah kami kecewa, marah. namun bila kami menyikaapi kehilangan sebagai sesuatu yang positif, maka tidak ada luka dan kecewa berkepanjangan, yang tersisa hanyalah kenangan manis.

Setiap individu bertanggungjawab atas dirinya sendiri, jangan sampai kita menggantungkan nasib kepada orang lain, sukses-gagal, bahagia-sedih yang kita alami jangan kita nisbatkan sebabnya kepada orang lain, jadikan semuanya hanya karena hal itu pilihan kita.

Bukit dago utara di senja hari, seperti biasa akan sepi. Meski tiada lagi ringkikan tawa BU yang khas, cengengesan Om aang yang penuh wajah innocent, suara detak keypad handphone Om Galih yang sedang kirim sms, akan tetap begitu. Berkurang keceriaan tentu, tapi seperti yang pernah kita lalui dan hadapi sebelumnya, kepergian temen2 tidak akan dan tidak boleh mengurangi semangat kami berkarya.

Buat Om BuduT, Om Galih dan Om aang, saya kutipkan lirik Iwan Fals itu,
Pernah kita sama-sama susah
Terperangkap di dingin malam
Terjerumus dalam lubang jalanan
Di gilas kaki sang waktu yang sombong
Terjerat mimpi yang indah . . . . . lelap
Pernah kita sama-sama rasakan
Panasnya mentari hanguskan hati
Sampai sa'at kita nyaris tak percaya
Bahwa roda nasib memang berputar
Sahabat masih ingatkah . . . . . . . kau
Sementara hari terus berganti
Engkau pergi dengan dendam membara . . .
Di hati . . . . . .
Cukup lama aku jalan sendiri
Tanpa teman yang sanggup mengerti
Hingga sa'at kita jumpa hari ini
Tajamnya matamu tikam jiwaku
Kau tampar bangkitkan aku sobat...