Monday, June 11, 2007

Cuplikan Tesisku

Perancangan Sistem Rekrutmen dan Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil
Berbasis Multi Criteria Decision Making


Proses seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) merupakan jenis proses seleksi yang unik yang berbeda dengan proses seleksi pegawai lainnya yang berbasis kompetensi. Untuk mengukur kompetensi peserta seleksi biasanya digunakan dalam bentuk tes tertulis. Namun bila penentuan kelulusan peserta seleksi hanya denan tes tertulis maka peserta seleksi yang telah mengikuti masa wiyata bakti lama dan berusia tinggi biasanya kalah bersaing dengan peserta seleksi yang masih fresh graduate dan tidak memiliki masa wiyata bakti tetapi memiliki nila ujian tertulis yang tinggi. Salah satu tujuan seleksi CPNS adalah pemerintah ingin mengakomodasi para peserta yang telah memiliki masa wiyata bakti lama dan berusia tinggi, tetapi prosesnya dilakukan melalui cara yang accountable, transparan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Pihak-pihak yang kompeten dengan proses seleksi CPNS kemudian memilih kriteria masa wiyata bakti dan usia peserta sebagai kriteria lain dalam penentuan kelulusan. Kriteria-kriteria lain tersebut cenderung bersifat subjektif dan memiliki muatan politis.

Dengan demikian perlu dirancang suatu model sistem seleksi CPNS yang bersifat multikriteria dengan didukung oleh sitem pengambilan keputusan yang ilmiah da dapat memenuhi tujuan seleksi CPNS. Dalam penelitian ini digunakan metode AHP sebagai teknik pembobotan kriteria, selanjutnya bobot yang diperoleh menjadi masukan bagi proses perankingan peserta dengan menggunakan metode Promethee.

Dengan model sistem seleksi CPNS dengan mengkombinasikan metode fuzzy-AHP dan Promethee Hasil diperoleh rangking peserta yang menunjukkan konfigurasi yang sesuai dengan tujuan seleksi yaitu mengakomodir peserta dengan masa wiyata bakti lama dan memilki usia yang tinggi tetapi juga memberi tempa kepada peserta muda usia dan masa wiyata bakti sebentar yang memiliki nilai ujian tinggi dengan proporsi yang adil.
1.3. Posisi Penelitian terhadap Penelitian Sebelumnya
Sebuah penelitian biasanya tidak murni bersifat invention, maksudnya bahwa biasanya penelitian terkait, terilhami atau merupakan pengembangan dari penelitian yang telah ada sebelumnya yang relevan dengan penelitian tersebut. Bila merujuk kembali pada problem statement penelitian ini, bahwa pada intinya permasalahan penelitian ini secara metodologis berkenaan dengan hal-hal berikut:
1. Pertama, bagaimana mengembangkan kriteria-kriteria yan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan mengenai kelulusan peserta seleksi. Kemudian bagaimana kriteria-kritera tersebut dirancang dalam suatu hirarki guna mempermudah proses pengambilan keputusan yang merujuk pada tujuan seleksi guru CPNS.
2. Kedua, bagaimana menentukan proporsi bobot untuk tiap-tiap kriteria dimana masalah subjektivitas, uncertainty dan imprecision terkandung di dalamnya.
3. Terakhir, bagaimana melakukan proses perangkingan dimana untuk kriteria-kriteria yang digunakan sebagai bahan petimbangan perangkingan memiliki nilai-nilai yang terukur dan nilai-nilai yang cenderung bersifat subjektif.

Untuk masalah pertama, kriteria-kriteria yang dibangun harus mengacu pada tujuan sleks guru CPNS yaitu menyaring guru-guru yang kompeten di bidangnya dan sesuai kebutuhan oganisasi, untuk itu kriteria-kritera yang dibangun harus merujuk pada teori-teori atau konsep-konsep mengenai kompetensi guru. Meskipun kompetensi guru saat ini belum diatur dalam sebuah perudang-undangan yang pasti dan tetap, tetapi panulis dapat merujuk pada RUU Guru yang saat ini sedang digodok pemerintah dan DPRD, Peraturan Pemerintah mengenai Sistem Pendidikan Nasional, hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang bekenaan dengan kompetensi guru. Penulis mendapatkan dua buah penelitian yang terkait dengan kompetensi guru, yaitu pemikiran Mulyasa (2005) dan Sitompul (2004), Mulyasa merumuskan kompetensi guru sedangkan Sitompul merumuskan kompetensi dosen berdasarkan model Spencer & Spencer (1993). Sementara itu nature dari permasalahan ternyata memenuhi asumsi penggunaan metode AHP, yaitu menyangkut persoalan pengambilan keputusan dengan banyak kriteria yang bersifat kompleks dimana faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman pengetahuan, emosi dan rasa dicoba dioptimaskan dalam suatu proses yang sistematis (Buchara, 2000; Suryadi & Ramdhani, 2002). Terdapat penelitian yang terkait dengan proses seleksi karyawan dimana metode AHP digunakan dalam mengembangkan struktur hirarki dari tujuan dan krteria-kriteria yang dilibatkan, penelitian tersebut adalah yang dilakukan oleh Jani Rahardjo dan I Nyoman Sutapa yang dipublikasikan dalam Jurnal Teknik Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Petra (2002), dengan judul: Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process dalam Seleksi Karyawan. Model yang digunakan Rahardjo dan Sutapa menggunakan metode AHP yang dapat mengatasi persoalan adanya struktur hirarki dalam kriteria-kriteria, keduanya kemudian mengembangkan teknik pembobotan kriteria yang digunakan dalam seleksi karyawan tersebut dengan fuzzy-AHP yang dikembangkan oleh Yudhistira (2000) guna mengatasi faktor subjektivitas. Tetapi metode fuzzy-AHP yang digunakan memerlukan proses defuzzyfikasi yang cukup rumit pada proses pembobotan kriteria, sehingga prosesnya bersifat kompleks.

Oleh karena itu terkait dengan masalah kedua, tentang bagaimana melakukan pembobotan kriteria secara lebih sederhana daripada yang dikembangkan oleh Rahardjo dan Sutapa, penulis menggunakan metode pembobotan kriteria yang dibangun oleh Mikhailovic dan Tsvetinov (2004), yang dipublikasikan melalui paper yang berjudul Evaluation of Service using a Fuzzy Analytic Hierarchy Process. Metode ini memiliki keunggulan dibanding dengan metode-metode fuzzy-AHP lainnya karena proses pembobotan kriteria yan diturunkan dari pairwise comparison matrices judgement (PCJM) dilakukan tanpa perlu melakukan proses defuzzyfikasi yang rumit untuk menghasilkan bobot yang crisp.

Untuk proses perangkingan, baik Rahardjo dan Sutapa maupun Mikhailov dan Tsvetinov menggunakan kerangka AHP dimana rangkin tertinggi ditentukan oleh nilai bobot prioritas globalnya. Namun dalam penelitian ini penulis akan menggunakan gagasan Setiaji (1999) yang dutulis dalam tesis magister di Program Pascasarjana TMI ITB yang berjudul: Penentuan Prioritas Pengembangan Lapangan Calon Tambang Batubara Dengan Metoda Kombinasi antara Proses Hirarki Analitik dan Promethee di PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero). Menurut Setiaji, AHP lebih cocok untuk digunakan untuk menilai data-data yang tidak lengkap dan tidak terukur, sedangkan untuk data yang terukur metode Promethee lebih cocok karena sifat penilaiannya cenderung rasional analitis. Oleh karena itu dalam penentuan prioritas kelulusan peserta seleksi guru CPNSD penulis akan mengkombinasikan penggunaan metode AHP dan Promethee, tetapi penulis memodifikasi kerangka AHP (standar)-Promethee yang digunakan Setiaji dengan mengganti metode AHP dengan metode fuzzy-AHP yang dikembangkan Mikhailov dan Tsvetinov.

3 comments:

Devia epil said...

boleh ngopi keterangan yang promethee nya lbh lengkap ga nih mas widi?

keren.. keren..tesisnya.

Anonymous said...

mas widi pny referensi fuzzy ahp yang dikembangkan oleh yudhistira dan diawati ga? The developtment of fuzzy AHP using non-additive weight dan fuzzy score" di perpus kampus saya ga ada.. tp saya butuh bgt buat skripsi saya..
klo ada bs minta tolong email ke saya.. thx bgt ya..

Fikri said...

bagaimana y saya bisa dapetin riferensi buku tentang Evaluation of Service using a Fuzzy Analytic Hierarchy Process itu? saya perlu banget untuk skripsi saya...mohon bantuannya....