Monday, June 11, 2007

Kuasa Tuhan dan Genetika

Tuhan dan Genetika

Kuasa Tuhan dan free will manusia, inilah topik yang sedari dulu tak pernah selesai dibicarakan manusia. Ada yang bermula dari keimanan, ada pula yang bermula dari keraguan dan tentu ada pula yang bermula dari agnotisme.

Meskipun klise tapi saya merasa tertarik untuk membiacarakan topik ini lagi setelah membaca buku The Genetic Gods yang dalam edisi bahasa Indonesianya diberi judul "Kuasa Gen Atas Takdir ManusiaPenulis" yang diterbitkan oleh Penerbit Serambi (anak perusahaan penerbit Mizan). Sang penulis buku, John C. Avise menceritakan membahas berbagai temuan genetika evolusioner mutakhir.

Dalam kehidupan manusia, gen dan kekuatan mekanistis evolusioner yang membentuknya telah mengambil alih berbagai peran yang secara tradisional diperuntukkan bagi ilah (deity) supranatural. Dalam buku ini John C. Avis, seorang ahli genetika menjabarkan berbagai penemuan mutakhir dalam genetika berikut aneka tantangan yang dihadirkannya bagi agama, filsafat, dan moralitas hidup manusia.

Penemuan ilmiah terbaru dalam bidang genetika mengungkapkan betapa besar pengaruh gen terhadap kehidupan manusia. Gen-gen kita menentukan takdir bentuk tubuh dan kesehatan kita. Tak hanya itu, kebudayaan, kepribadian dan kecenderungan moral kita pun sedikit banyak dipengaruhi oleh gen.

Lantas bagaimana dengan kepercayaan keagamaan yang menempatkan Tuhan sebagai penguasa takdir manusia? Apakah keyakinan kita atas kemahakuasaan Tuhan akan bergeser setelah kini mengetahui kekuasaan atas takdir manusia?


Meskipun menurut penulisnya, buku ini tidak dimaksudkan untuk berkutat serius dengan dampak evolusi terhadap ketuhanan dari sudut pandang para filsuf keagamaan atau ahli teologi, namun sedikit banyak buku ini memberikan suatu pemahaman yang lain tentang kuasa Illahi, free will dan determinisme alam (universe). Buku ini bagi saya pribadi seolah menguak kembali perdebatan tentang teori evolusi.

Anda, saya, kita tak perlu repot untuk sekolah jurusan Biologi lagi untuk sekedar mengikuti perdebatan tentang teori evolusi ini, telah banyak tulisan yang bermuara pada perdebatan tentang teori evolusi, baik dari kalangan pendukungnya maupun dari kalangan pengingkarnya. Jadi saya kira pada tulisan ini saya tidak akan membahas tentang perdebatan tersebut, justru saya mengundang Anda untuk membaca tulisan-tulisan itu.

Sebagai penutup saya ingin mengajak Anda mengingat kembali tentang keterkaitan antara kuasa gen dalam kehidupan sosial manusia.
Beberapa waktu yang lalu kita disibukkan dengan peristiwa penganiayaan mahasiswa IPDN oleh sesamanya, kita juga telah menyaksikan 4 orang warga Pasuruan ditembak mati oknum marinir, atau agak lawas kita pernah terganggu oleh berita tentang perselingkuhan anggota DPR RI dengan seorang artis, dan berita-berita lainnya.

Untuk kasus IPDN, ada yang menyimpulkan bahwa perilaku agresif dari pelaku penganiayaan lebih karena sistem pengelolaan pendidikan kedinasan di IPDN yang ngawur, untuk kasus Pasuruan ada yang menganalisisnya sebagai kekeliruan sistem komando, adapun kasus "YZ" orang lebih menanggapinya dengan cara yang lebih ringan dan penuh humor.

Lalu apakah semua periliaku di atas tidak kita nisbatkan kepada gen ? Bukankah gen yang menentukkan semuanya ? Jadi tidak ada yang salah dengan perilaku manusia, yang ada hanyalah "kurang beruntung" karena memiliki "gen yang tidak tepat", sederhananya "gen on the wrong place, at the wrong time", karena mana tahu suatu saat perilaku agresif akan dianggap sebagai perilaku yang mulia.

Wassalam

No comments: