Tuesday, October 30, 2007

Lebaran dan Peran Asisten Rumah Tangga atau PRT

Habis lebaran, bisanya kita dipusingkan dengan tidak kembalinya para asisten atau PRT atau pengasuh anak di rumah kita. Demikian pula halnya keluarga kami, kedua staff kami --satu bertugas mengurus tetek-bengek rumah dan satu lagi bertugas menjadi teman main anak kami-- tidak kembali setelah mereka mudik lebaran, konon mereka memilih untuk berkarir di Malaysia, seperti rombongan karyawan RT lainnya di kampungnya yang boyongan akan hijrah ke negeri Jiran.

Agak mengherankan memang, ketika ramai berita mengenai nasib WNI diperlakukan tidak adil di malaysia, malah justru mantan karyawan kami beserta temen-temen sekampungnya hijrah ke sana menjadi PRT --juga---. Padahal jangankan selevel PRT, isteri salah seorang staf KBRI atau orang penting Indonesia yang bertugas di KL yang dilengkapi surat-surat resmi saja digaruk dengan "cukup tidak sopan " oleh pasukan "Rela" Malaysia. Lha ini para "indon" baru kok nekat mau pergi ke Malaysia ???

Alasannya jelas, uang. Honor yang kami, atau kebanyakan orang Indonesia berikan kalah jauh dengan gaji yang ditawarkan oleh para majikan di Malaysia. Rekan-rekan saya para pejuang hak-hak PRT sering mengkritik saya --atau lebih tepat menghujat--- tentang betapa dzolimnya saya atau kami dalam merancang "struktur gaji" para PRT. Gaji mereka katanya, masih di bawah UMR... untung saja belum ada cerita Komnas tentang PRT. Tapi apakah benar demikian adanya, bahwa saya khususnya dzolim dalam menangani manajemen kompensasi karyawan saya itu.


Sekedar informasi (FYI), gaji kedua staff saya sebelum lebaran itu sama dengan 1/2 gaji saya sebagai dosen PNS !!!! Mereka juga mendapatkan uang jajan setiap minggunnya 2x, mendapatkan THR, ikut refreshing kalau kami refreshing, jam kerja tidak 24 jam, dan kami sebisa mun gkin membuat mereka nyaman, dengan tidak menyebut mereka "pembantu" dan sebisa mungkin membuat merekla seperti keluarga sendiri atau seperti karyawan pada umumnya. Memang kami tidak intensif mengadakan rapat staff rutin, tapi kami selalu menyediakan waktu untuk dialog apabila ada masalah, baik yang kecil maupun besar.

Lha..... iki piye tooooo? Lha lalu gimana saya menghidupi anak isteri dengan sisa gaji itu ?? korupsi??? Waaah kalaupun ada niat, peluang buat itu sangat kecil terjadi pada diri saya.

Yaa saya cukup beruntung punya penghasilan lain diluar gaji PNS, isteri juga bekerja, jadi cukuplah memenuhi syarat minimal hidup sejahtera dengan 1 anak di Bandung.

Jadi sebenarnya yang mesti dikritik siapa? Apakah saya dzolim apabila gaji staff saya --dengan ijazah SD-- besarnya sama dengan kurang lebih 1/3 gaji saya yang PNS golongan 3B pendidikan S3, dan aktif meneliti dan menulis, he he..he...

Apakah saya juga perlu hijrah ke Malaysia untuk jadi TKI di sana atau jadi dosen di sana ?

No comments: