Friday, November 02, 2007

Linearitas dan Ilmu Sosial

Saya kebetulan mengajar matakuliah Metode Penelitian Sosial, karena kebetulan saya juga mempunyai latar belakang pendidikan formal di bidang science maka topik khusus dalam kuliah tersebut adalah penggunaan pendekatan kuantitatif daalam penelitian ilmu sosial, khususnya Ilmu Politik dan studi Hubungan Internasional.

Perdebatan mengenai penggunaan pendekatan kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial sudah amat lama dan cukup lengkap, kita bisa telusuri jejak perdebatan tersebut dalam berbagai literatur baik itu dalam textbooks ataupun di dunia maya. Jadi kalaupun saya membicarakannya di sini tentu hal ini bukanlah hal yang baru, namun saya hanya ingin berbagi bagaimana dampak perdebatan tersebut dalam keseharian saya mengajar matakuliah tersebut dan dalam proses penelitian-penelitian di departemen tempat saya mengajar.

Penggunaan metode kuantitatif dalam proses penelitian (skripsi) di tempat kami sangat jarang dilakukan oleh mahasiswa yang sedang meneliti. Ada beberapa kemungkinan penyebabnya, pertama karena ada asumsi bahwa dalam penelitian studi Hubungan Internasional adalah mustahil menggunakan metode kuantitatif mengingat paradigma metode kuantitatif yang merujuk pada pendekatan positivisme tidak tepat diterapkan (Kritik terhadap positivisme juga dapat kita telusuri dari berbagai literatur). Jadi, "so what gito loch ??!!", seloroh para mahasiswa saya dan sebagian para kolega kami di jurusan, menyikapi fenomena tersebut.

Kemungkinan kedua adalah ketidakmampuan para mahasiswa, hal ini tidak terlepas dari kemampuan para dosen mentransfer ilmu dan dalam penguasaan metode kuantitatif. Jadi metode penggunaan kuantitatif dihindari karena ketidakmampuan atas penguasaan metode tersebut ketimbang atas alasan filosofis-paradigmatis.

Bila kita merujuk pada kemungkinan yang kedua, artinya kita melihat bahwa penggunaan metode kuantitatif dalam studi Hubungan Internasional adalah memungkinkan, hal ini bertolak belakang dengan pandangan sebelumnya yang mengganggap secara filosofis maupun metodologis pendekatan kuantitatif tidak sesuai bagi riset studi Hubungan Internasional.

Salah satu asumsi yang menjadi topik perdebatan adalah aspek "liniearitas" objek kaji dalam studi Hubungan Internasional. Kita menyadari bahwa sebagian besar fenomena sosial berpilaku nonlinear, sehingga apabila metode-metode kuantitatif hanya menggunakan asumsi linearitas dalam tools metodologinya, maka hasil kajian bisa menjadi bias. Contohnya begini, apakah setiap penambahan jumlah senjata nuklir, akan dapat memprediksikan secara linear kondisi konflik internasional ? Agak sulit memang meyakini asumsi linearitas dalam kasus ini.

Tetapi perkembangan ilmu pengetahuan dan metode penelitian kuantitatif kini semakin maju, faktor-faktor nonlinear kini mulai diperhitungkan dalam analisis kuantitatif, sehingga bias yang terjadi menbjadi berkurang ? Kita tidak bisa berharap bahwa tidak ada bias atau error dalam perumusan dan komputasi formal, bahkan bukankah dalam hidup bias senantiasa kita alami ?

Jadi, persoalannya adalah bagaimana pendekatan kuantitatif menjadi semakin lebih maju dan mengurangi bias akibat adanya faktor nonlinear yang ada.

No comments: